Pohon pule pulai, atau yang sering dikenal sebagai pohon pulai, merupakan kelompok tumbuhan yang menarik perhatian karena karakteristik uniknya.
Termasuk dalam keluarga Moraceae, pohon ini banyak ditemukan di wilayah tropis di seluruh dunia. Salah satu ciri khas yang mencolok adalah batangnya yang tinggi dan lurus, mencapai ketinggian yang mengesankan, sementara daunnya yang besar memberikan naungan yang luas.
Terdapat beberapa jenis pohon pule pulai yang menarik untuk diidentifikasi. Salah satu jenis yang cukup dikenal adalah pulai (Alstonia scholaris), yang sering tumbuh di Asia Tenggara.
Pulai ini dikenal sebagai pohon peneduh yang baik dan kayunya digunakan dalam pembuatan perabotan dan berbagai kerajinan tangan.
Jenis lainnya adalah pule (Alstonia pneumatophora), yang dapat ditemui di wilayah Afrika. Pule terkenal karena akarnya yang berongga, membentuk struktur seperti tabung yang memungkinkan pertukaran udara dengan lingkungan sekitarnya.
Tahukah kamu bahwa pohon pule memiliki beberapa jenis. Ada 5 jenis pohon pule/pulai yaitu pohon pule air, pule hitam, pule putih, pule kuning dan pule fosil. Berikut ini penjelasannya.
1. Pohon Pule Putih
Pule putih, atau dikenal sebagai varietas lokal pule di pulau Jawa, umumnya tumbuh di daerah dengan tanah sub kering dan tidak memiliki kecenderungan terhadap kelebihan air.
Ukuran pohon ini dapat mencapai dimensi yang besar dan tinggi, sesuai dengan namanya, dengan kulit yang berwarna putih namun memiliki sentuhan kecoklatan.
Bentuk pohon ini proporsional dari bagian bawah hingga bagian atas, dan tajuknya yang luas memberikan ciri khasnya. Pohon ini juga mengembangkan karakteristik batang semi fosil ketika telah mencapai usia puluhan tahun.
2. Pohon Pule Hitam
Pule hitam sering ditemukan di daerah Sumatra, terutama di sekitar pinggiran sungai yang memiliki pasokan air yang mencukupi. Sifat tanaman pule hitam hampir serupa dengan pule putih, dengan perbedaan mencolok hanya pada warna kulitnya yang berwarna hitam.
Meskipun biasanya tumbuh di lingkungan berair, pule hitam dapat berhasil hidup saat dipindahkan ke tanah sub kering. Seperti pule putih, pule hitam juga dapat mengalami proses semi fosil ketika mencapai usia tertentu.
3. Pohon Pule Kuning
Pule kuning memiliki ciri khas kulit berwarna kuning yang membedakannya dari jenis pule lain, dan yang memungkinkannya untuk mengembangkan sifat fosil.
Pohon pule kuning adalah varietas pohon pule yang benar-benar dapat mengalami transformasi menjadi fosil setelah mencapai usia puluhan tahun, minimal 20 tahun.
Tanaman pule kuning ini menghuni daerah timur seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), yang tanahnya cenderung kering atau memiliki sedikit air.
Kondisi lingkungan ini menyebabkan pertumbuhan pohon pule kuning menjadi lambat, memberikan karakter alami yang mirip dengan fosil.
4. Pohon Pule Air
Sesuai dengan namanya, tanaman pule ini sering ditemui di rawa, terutama di pulau Sumatra. Pule air memiliki tinggi cambium yang signifikan, dan perbedaannya dengan jenis lainnya adalah bahwa pule air tidak dapat dipindahkan ke daerah yang kering.
Jika pule air dipindahkan ke tanah kering, batangnya akan mengempes atau kehilangan isi, sehingga dalam pertumbuhannya, pohon pule air memerlukan pasokan air yang cukup untuk kelangsungan hidupnya.
5. Pohon Pule Fosil
Terkait dengan pohon pule fosil, sebenarnya jenis pule kuning memiliki potensi untuk menjadi fosil. Biasanya, pule yang sering dijadikan pohon pule fosil adalah jenis pule putih, dengan cara melakukan penyayatan pada kulitnya.
Namun, karakter fosil yang dihasilkan dari penyayatan pada pule putih tetap mempertahankan kealamian dan keindahan yang lebih terlihat daripada pule fosil dari pohon pule jenis pule kuning, yang mengalami transformasi menjadi fosil secara alami.