Lompat ke konten

Layanan Cepat

WA : 0812-4947-0015

Lokasi

Jl. Desa Bedug, Rembang, Kec. Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur 64171

Pupuk Kompos (Pengertian, Jenis, Bahan, Manfaat, Kelebihan & Kekurangan)

Agro Sejahtera

Share

WhatsApp
Facebook
Twitter
Telegram
LinkedIn
Pinterest

Setiap hari, populasi global terus meningkat, terutama di daerah perkotaan, menyebabkan berbagai masalah, termasuk masalah pengelolaan limbah.

Pertambahan jumlah penduduk tanpa kesadaran yang cukup dalam pengelolaan limbah dapat mengakibatkan penumpukan limbah yang beragam.

Jika tidak ditangani dengan cepat, penumpukan limbah tersebut dapat berdampak negatif pada lingkungan manusia.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan pengelolaan limbah, termasuk mengubah beberapa jenis limbah menjadi pupuk kompos.

Saat ini, lahan pertanian tidak hanya mengalami pengecilan, tetapi juga mengalami penurunan kualitasnya yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Oleh karena itu, penggunaan pupuk kompos menjadi salah satu metode untuk mengembalikan kesuburan tanah yang telah merosot.

Pupuk kompos dapat menjadi alternatif bagi mereka yang menginginkan hasil maksimal dengan cara yang alami.

Selain memberikan manfaat kesehatan bagi lingkungan sekitar, hasil tanaman yang diberi pupuk kompos juga akan lebih sehat untuk dikonsumsi.

Sebenarnya, petani telah lama menggunakan kompos sebagai pupuk tanaman mereka. Pengetahuan tentang cara membuat kompos dan praktik pengomposan yang baik sudah dikenal di masyarakat Indonesia yang peduli terhadap tanah dan pertanian.

Hanya saja, tren penggunaan solusi instan yang bertujuan untuk hasil yang cepat juga memengaruhi sektor pertanian. Salah satunya adalah dengan menggunakan pupuk yang sudah jadi dan siap pakai.

Pada masa kini, tidak hanya terjadi penyusutan lahan pertanian, tetapi juga terjadi penurunan kualitasnya yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Oleh karena itu, penggunaan pupuk kompos menjadi salah satu cara untuk memulihkan kesuburan tanah yang telah menurun.

Pupuk kompos menjadi opsi bagi mereka yang menginginkan hasil optimal secara alami. Selain memberikan manfaat bagi kesehatan lingkungan sekitar, hasil pertumbuhan tanaman yang menggunakan pupuk kompos juga akan lebih sehat untuk dikonsumsi.

Sejatinya, para petani sudah lama menerapkan penggunaan kompos sebagai pupuk untuk tanaman mereka.

Pengetahuan mengenai cara pembuatan kompos dan praktik pengomposan yang benar sudah dikenal di masyarakat Indonesia yang peduli terhadap tanah dan pertanian.

Namun, tren penggunaan solusi instan demi hasil yang cepat juga berdampak pada sektor pertanian, termasuk penggunaan pupuk yang sudah jadi dan siap pakai.

Pupuk kompos berasal dari proses pelapukan bahan organik oleh mikroorganisme. Pembuatannya memerlukan tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan.

Oleh karena itu, sebagian masyarakat membuat wadah khusus di dalam tanah untuk menghasilkan kompos. Tak mengherankan jika kompos mengandung unsur hara yang lengkap karena bahan utamanya bersifat organik.

Meskipun demikian, kandungan unsur hara dalam pupuk kompos tidak begitu melimpah, sehingga penggunaannya memerlukan jumlah yang cukup besar.

Dalam kompos terdapat dua senyawa organik yang sangat menguntungkan bagi pertumbuhan dan kesehatan tanaman, yakni asam humat dan asam fulvat.

Selain kedua senyawa tersebut, kompos juga mengandung unsur hara, termasuk unsur hara makro (seperti K, P, Mg, Ca, S, N) dan unsur hara mikro (seperti Cu, Mn, Zn, Cl, B, Fe).

Saat ini, teknologi yang mendukung proses pengomposan semakin canggih dan modern.

Metode pengomposan mencakup aerob, anaerob, bahkan sekarang tersedia proses pengomposan tanpa menggunakan aktivator seperti BioPos, EM4 Superfarm (Effective Microorganism), PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, dan Green Phoskko Organic Decomposer.

Dengan bantuan teknologi ini, proses pengomposan dapat diselesaikan lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

Proses ini melibatkan pencampuran bahan secara seimbang, penambahan air sesuai kebutuhan, pengaturan aerasi, dan penggunaan aktivator.

Perbedaan antara kompos atau pupuk organik dan pupuk anorganik dapat dijelaskan sebagai berikut : pupuk organik meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap air, dapat diproduksi sendiri, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan kandungan bahan organik.

Selain itu, pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro secara lengkap, meskipun dalam jumlah yang terbatas, dan memiliki harga yang relatif terjangkau.

Di sisi lain, pupuk anorganik tidak meningkatkan daya serap air tanah, diproduksi oleh pabrik, tidak mendukung kehidupan mikroorganisme tanah, tidak memperbaiki struktur tanah, bahkan dapat menyebabkan pengerasan tanah jika digunakan secara berkelanjutan.

Pupuk anorganik hanya mengandung beberapa unsur hara saja, tetapi dalam jumlah yang cukup besar, dan memiliki harga yang relatif tinggi.

Pupuk kompos yang umumnya digunakan oleh masyarakat indonesia adalah sebagai berikut :

Proses pembuatan pupuk kompos memerlukan waktu sekitar 40 hari hingga satu bulan, tergantung pada jenis dekomposer yang digunakan dan bahan baku pembentuknya.

Umumnya, bahan baku utama yang digunakan untuk produksi pupuk kompos ini adalah sisa tanaman, kotoran ternak, atau campuran dari keduanya.

Selain itu, oksigen memainkan peran penting dalam pembentukan pupuk kompos tipe aerob.

Effective Microorganisms atau EM4 adalah inokulan yang umumnya digunakan sebagai pencetus awal dalam pembuatan pupuk kompos bokashi.

Hal ini disebabkan oleh kemampuan berbagai jenis mikroorganisme dalam EM4 untuk mengurai bahan-bahan organik secara efisien dan cepat.

Pupuk bokashi merupakan salah satu jenis pupuk anaerob yang paling populer di kalangan pengguna pupuk.

Vermikompos berasal dari ekskresi makroorganisme tertentu, seperti belatung atau cacing tanah, yang dipilih setelah diberikan asupan organik.

Proses ini melibatkan pencernaan makroorganisme terhadap bahan organik yang diberikan, menghasilkan kotoran yang kemudian menjadi pupuk kompos jenis ini.

Pupuk cair organik adalah salah satu jenis pupuk yang populer di kalangan pengguna pupuk. Proses pembuatannya fleksibel, dapat dilakukan secara aerob atau anaerob.

Dibandingkan dengan pupuk lain, pupuk cair organik lebih mudah diserap oleh tanaman sehingga lebih efektif.

Penting untuk memperhatikan dosis penggunaan, karena dengan dosis yang tepat akan memberikan hasil yang baik, namun jika dosisnya berlebihan, tanaman dapat mengalami layu dengan cepat.

Manfaat kompos dari segi nilai ekonomis :

  1. Nilai jualnya lebih tinggi dibandingkan bahan pembuatnya.
  2. Biaya produksi rendah.
  3. Membuat tanaman bermutu untuk meningkatkan harga jual tanaman.

Manfaat kompos bagi lingkungan :

  1. Mengurangi pembakaran sehingga polusi udara berkurang.
  2. Lahan tidak diperlukan lagi untuk penyimpanan sampah.
  3. Perlindungan lingkungan.

Manfaat kompos bagi tanah dan tanaman :

  1. Membuat tanah lebih subur.
  2. Mengembalikan karakter dan tekstur tanah yang rusak sebelumnya.
  3. Mengurangi kegemburan tanah, karena daya ikat tanah berpasir lebih tinggi.
  4. Kemampuan tanah untuk mengikat unsur hara diperkuat.
  5. Memaksimalkan proses penyerapan air pada tanah.
  6. Menyediakan sumber makanan yang kaya untuk meningkatkan aktivitas mikroba.
  7. Membantu meningkatkan pengelolaan udara dan air dalam tanah.
  8. Membantu menstabilkan suhu tanah.
  9. Mengandung nutrisi yang sangat lengkap.
  10. Mudah melapukkan bahan mineral tanah.
  11. Mengurangi hilangnya tanah dan tanaman oleh mikroorganisme.
  12. Meningkatkan kualitas panen.
  13. Sumber vitamin dan hormon herbal.
  14. Mengurangi risiko penyakit tanaman.

Beberapa varietas pupuk organik yang dikenal luas masyarakat meliputi humus, pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk guano.

Proses penguraian terjadi pada humus dan pupuk kandang, sementara pupuk hijau dan pupuk guano tidak mengalami proses penguraian atau pengomposan.

Waktu pembuatan pupuk kompos sangat dipengaruhi oleh bahan baku utama yang digunakan.

Beberapa jenis bahan baku dapat memerlukan waktu hingga 6 bulan untuk menghasilkan pupuk kompos, sementara yang lain hanya memerlukan waktu 2 minggu.

Proses degradasi, penguraian, dan pengomposan pada kompos menyebabkan perubahan bentuk, perubahan warna menjadi kehitaman, dan kehilangan bau asli bahan baku.

Pembudidayaan pupuk kompos sendiri membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan, tergantung pada jenis bahan dasar yang digunakan.

Mengingat peningkatan kebutuhan pupuk, kemungkinan terjadinya kekosongan pasokan pupuk dapat terjadi.

Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mempercepat proses pengomposan menjadi 2-6 minggu, tergantung pada jenis bahan baku.

Pupuk kompos dianggap sebagai multivitamin bagi tanah dan tanaman.

Rachman Sutanto (2002) menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik, termasuk kompos, dapat meningkatkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Hal ini menjadikan tanaman yang diberi pupuk kompos memiliki kualitas yang lebih baik, hasil panen yang lebih tahan lama, lebih segar, lebih berat, dan lebih enak.

Dari berbagai perspektif, kompos memberikan manfaat yang banyak, baik dari segi ekonomi, lingkungan, maupun kesehatan tanah dan tanaman.

Sumber bahan organik yang biasanya digunakan untuk membudidayakan pupuk kompos, berasal dari :

1. Pertanian :

  1. Limbah dan Residu Tanaman : Jerami, sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang, dan sabut kelapa.
  2. Limbah dan Residu Ternak : Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, dan cairan biologis.
  3. Pupuk Hijau : Glirisida, terrano, mukuna, turi, lamtoro, sentrosesma, albisia.
  4. Tanaman Air : Azola, ganggang biru, gulma air, dan enceng gondok.
  5. Penambat Nitrogen : Mikroorganisme, mikoriza, rhizobium, biogas.

2. Industri :

  1. Limbah Padat : Serbuk gergaji kayu, kertas, ampas tebu, limbah kepala sawit, limbah pengalengan makanan, dan pemotongan hewan.
  2. Limbah Cair : Kelapa sawit, alkohol, limbah pengolahan kertas, limbah pengolahan minyak.

3. Limbah Rumah Tangga :

  1. Tinja, urin, dan sampah rumah tangga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos (referensi: Yovita Hety Indriani, Membuat Kompos secara Kilat, Depok: Penebar Swadaya, 2011).

  1. Ramah Lingkungan: Tidak menimbulkan polusi atau merusak lingkungan.
  2. Tanpa Efek Samping: Tidak memiliki efek samping bagi kesehatan.
  3. Aman dalam Penggunaan: Dapat digunakan secara aman meskipun dalam jumlah besar.
  4. Bahan Mudah Diperoleh: Bahan pembuatan pupuk kompos mudah didapat dan tidak memerlukan biaya tinggi.
  5. Proses Sederhana: Pembuatan pupuk kompos sangat sederhana dan tidak memerlukan peralatan canggih.
  6. Unsur Hara Lengkap: Mengandung unsur hara lengkap, baik makro maupun mikro, yang hanya ditemukan dalam pupuk organik.
  7. Asam Organik Berguna: Mengandung asam organik seperti enzim, asam fulvic, asam humic, dan hormon yang bermanfaat bagi tanaman, mikroorganisme, dan lingkungan sekitar.
  8. Perbaikan Tanah: Mampu memperbaiki sifat fisik dan biologis tanah.
  9. Peningkatan Struktur Tanah: Mampu menjaga dan meningkatkan struktur tanah.
  10. Pemeliharaan Kelembapan: Mampu menjaga kelembapan tanah.
  11. Pengaturan pH Tanah: Sebagai penyangga dan meningkatkan pH tanah.
  12. Pendukung Unsur Anorganik: Dapat berfungsi sebagai penyangga jika diberikan unsur anorganik pada tanah.

  1. Kandungan Unsur Hara Terbatas: Meski memiliki unsur hara lengkap, jumlah unsur haranya relatif sedikit, sehingga membutuhkan penggunaan pupuk yang lebih banyak dibandingkan pupuk anorganik.
  2. Respons Tanaman Lambat: Respons tanaman terhadap pupuk kompos cenderung lebih lambat dibanding penggunaan pupuk anorganik.
  3. Biaya Operasional Meningkat: Penggunaan pupuk kompos yang lebih banyak dapat meningkatkan biaya operasional.
  4. Kebutuhan Pupuk Lebih Banyak untuk Konversi: Pergantian dari penggunaan pupuk anorganik ke pupuk kompos memerlukan jumlah pupuk yang jauh lebih banyak, sehingga meningkatkan biaya untuk mengembalikan kesuburan tanah.
  5. Proses Pengembalian Kesuburan Tanah Sulit: Mengembalikan kesuburan tanah dengan pupuk kompos memerlukan proses yang tidak mudah, dan hal ini bisa menimbulkan biaya tambahan bagi petani.
  6. Potensi Sumber Hama dan Penyakit: Jika proses pembuatan pupuk kompos tidak hati-hati, pupuk ini dapat menjadi sumber hama dan penyakit bagi tanaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *