Lompat ke konten

Pohon Akasia, Pohon Peneduh Penuh Manfaat Untuk Lingkungan

Tanisejahtera

Share

WhatsApp
Facebook
Twitter
Telegram
LinkedIn
Pinterest

Pohon akasia adalah sejenis pohon yang termasuk dalam genus Acacia, yang tergolong dalam famili Fabaceae (Leguminosae), yang terdiri dari lebih dari 1.000 spesies.

pohon akasia
pohon akasia

Akasia umumnya dikenal dengan daun-daunnya yang kecil dan bunga berwarna kuning yang berpadu dengan tandan biji. Mereka tersebar luas di berbagai wilayah di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis.

pohon akasia
pohon akasia

Pohon akasia memiliki berbagai kegunaan dan manfaat, tergantung pada spesiesnya. Beberapa spesies akasia digunakan dalam bidang hortikultura sebagai tanaman hias atau tanaman peneduh, sementara spesies lainnya memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena kayunya yang keras dan tahan lama, yang sering digunakan dalam industri kayu, konstruksi, dan pembuatan perabot.

pohon akasia
pohon akasia

Selain itu, beberapa spesies akasia juga memiliki sifat-sifat yang bermanfaat dalam bidang medis dan farmasi. Misalnya, beberapa spesies akasia telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit.

Namun, penting untuk dicatat bahwa beberapa spesies akasia, terutama yang invasif, dapat menjadi ancaman bagi lingkungan lokal di mana mereka tumbuh.

Beberapa spesies akasia telah menjadi masalah invasif di beberapa wilayah di dunia, mengganggu ekosistem asli dan mengurangi keanekaragaman hayati.

pohon akasia
pohon akasia

Pohon akasia banyak ditanam di Indonesia karena pertumbuhannya yang cepat, kemampuannya untuk hidup di berbagai kondisi tanah dan iklim, serta kegunaannya yang bervariasi.

Pohon akasia sering ditanam dalam program reboisasi dan rehabilitasi lahan terdegradasi. Mereka tumbuh dengan cepat dan dapat membantu mengembalikan fungsi ekosistem yang terganggu.

pohon akasia
pohon akasia

Akasia adalah genus tumbuhan dari keluarga Fabaceae, yang terdiri dari semak-semak dan pohon. Pertama kali diidentifikasi di Afrika oleh ahli botani Swedia Carl Linnaeus pada tahun 1773.

Mayoritas spesies Akasia non-Australia cenderung berduri, sementara mayoritas Akasia Australia tidak memiliki duri.

pohon akasia
pohon akasia

Tumbuhan ini termasuk dalam kelompok polong, dengan getah dan daunnya sering mengandung jumlah besar tannin.

Nama “akasia” berasal dari kata Yunani “ακακία” (akakia), yang diberikan oleh ahli botani Yunani Pedanius Dioscorides untuk pohon obat A. nilotica pada abad pertama masehi.

pohon akasia
pohon akasia

Nama ini merujuk pada karakteristik tanaman akasia yang berduri, karena kata Yunani “ακις” (akis) berarti “duri”. Nama spesies “nilotica” diberikan oleh Linnaeus berdasarkan pohon acacia yang ditemukan di sepanjang sungai Nil.

Akasia juga dikenal dengan sebutan “pohon duri” atau “whistling thorns” dalam bahasa Inggris, serta “Wattles”, “akasia demam kuning”, dan “akasia payung”.

Beberapa manfaat dari pohon akasia di Indonesia antara lain:

Pohon akasia sering digunakan sebagai peneduh jalan karena daunnya yang rindang. Namun, perlu hati-hati karena rantingnya sering berjatuhan.

Pohon akasia sering digunakan sebagai tanaman hias karena bentuknya yang indah dan cantik. Beberapa jenis yang populer adalah Acacia dealbata, A. Retinodes, dan A. baileyana.

Kayu akasia sangat kuat sehingga cocok untuk konstruksi rumah dan bangunan. Namun, harga kayu ini cukup mahal karena kualitasnya yang unggul.

Tanin tinggi dalam akasia membuatnya bahan baku yang baik untuk produk kecantikan.

Tanaman akasia sering ditanam di lereng gunung untuk mencegah tanah longsor karena dapat memperbaiki konstruksi tanah gembur menjadi padat.

Kayu akasia terkenal dengan kekuatannya sehingga sering digunakan dalam pembuatan perabotan, furnitur, dan konstruksi bangunan.

Kemampuannya yang mudah dibentuk dan tahan lama membuatnya cocok untuk berbagai barang rumah tangga seperti mangkok, sodet, dan kuris.

Kayu dari pohon akasia sering dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan minyak wangi karena memiliki aroma yang khas dan bernilai tinggi untuk parfum.

batang pohon akasia

Pohon acacia bervariasi dalam bentuk dan ukuran, tetapi umumnya memiliki batang yang lurus atau sedikit bengkok dan bisa mencapai ketinggian yang cukup besar, tergantung pada spesiesnya. Kulit batang berwarna abu atau coklat.

Beberapa spesies dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian puluhan meter. Pohon dengan tinggi hingga mencapai 30 m, bergaris tengah 50 cm.

Kayu intinya memiliki rentang warna dari cokelat muda hingga cokelat tua kehijauan. Sementara itu, kayu gubalnya memiliki warna krem keputihan yang sangat jelas dan dapat dengan mudah dibedakan dari kayu inti.

Pada tingkat kelembaban sekitar 12%, densitasnya berkisar antara 450 hingga 600 kg/m3, meskipun pada bagian dan jenis tertentu dapat mencapai hingga 800 kg/m3.

Akasia tergolong dalam kelas kayu yang cukup tahan lama dengan kategori ketahanan kelas 3, yang berarti cukup tahan terhadap cuaca dan kondisi normal.

Namun, rentan terhadap serangan jamur dan serangga jika ditempatkan di lingkungan luar ruangan yang terlalu lembap. Penggunaannya kurang disarankan langsung diletakkan di tanah.

daun pohon akasia

Daun memiliki bentuk seperti sabit dengan panjang sekitar 10-16 cm dan lebar 1-3 cm, serta permukaan yang halus dengan warna hijau keabuan, serta memiliki 3 – 4 tulang daun longitudinal yang jelas.

Pada fase pertumbuhan awal, daun pada tunas muda akasia berbentuk majemuk dengan banyak anak daun.

Namun, setelah beberapa minggu, daun majemuk tidak akan terbentuk lagi, dan batang daun serta sumbu utama setiap daun majemuk akan tumbuh melebar dan berubah menjadi phyllode.

Phyllode memiliki bentuk tulang daun yang sejajar dan dapat mencapai panjang sekitar 25 cm dan lebar 10 cm.

bunga pohon akasia

Perbungaan aksiler memiliki bentuk bulir dengan panjang sekitar 7-10 cm yang selalu berpasangan. Panjang tangkai bunga berkisar antara 5-8 mm.

Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota berukuran 1,7 – 2 mm, berwarna kuning emas, biseksual, kecil, dan memiliki aroma wangi.

Daun kelopak bunga berbentuk bulat dengan ukuran sekitar 0,7-1 mm. Benang sari bunga berjumlah banyak, dengan panjang sekitar 3 mm.

Bunga akasia terdiri dari sejumlah bunga kecil berwarna putih atau krem yang menyerupai paku. Saat mekar, bentuk bunga menyerupai sikat botol.

Biji akasia berwarna hitam mengkilap dan memiliki beragam bentuk, seperti longitudinal, elips, oval, atau lonjong, dengan ukuran sekitar 3-5 mm x 2-3 mm.

Biji akasia melekat pada polong dengan tangkai yang berwarna oranye kemerahan.

buah & biji pohon akasia

Biji pohon acacia memiliki ciri-ciri yang khas yang membedakannya dari biji tanaman lainnya. Umumnya berwarna hitam mengkilap, biji akasia memiliki bentuk yang bervariasi, bisa longitudinal, elips, oval, atau lonjong.

Ukurannya berkisar antara 3-5 mm panjangnya dan 2-3 mm lebarnya. Biji ini melekat pada polong bersama dengan tangkai yang berwarna oranye kemerahan, menambahkan keunikan pada penampilannya.

Permukaan biji bisa halus atau agak kasar tergantung pada spesiesnya, namun cenderung memiliki kilauan yang halus atau mengkilap.

Dengan demikian, karakteristik biji akasia menjadi penting untuk pengenalan spesies dengan akurat.

akasia golden
akasia golden

Pohon akasia ‘Golden Rain’, yang memiliki nama ilmiah Acacia pycnantha, lebih dikenal dengan sebutan ‘pial emas’, merupakan anggota dari keluarga Fabaceae.

Pohon ini dapat tumbuh hingga ketinggian sekitar 8 meter (26 kaki) dan memiliki phyllodes, yaitu tangkai daun pipih, bukan daun sejati.

Pada akhir musim dingin dan musim semi, pohon ini akan berbunga dengan bunga emas yang harum dan melimpah, yang kemudian diikuti oleh polong berbiji panjang.

Penjelajah Thomas Mitchell mengumpulkan spesimen tipe untuk pohon ini, yang kemudian digunakan oleh George Bentham untuk menulis deskripsi spesies pada tahun 1842.

Pohon acacia ‘Golden Rain’ berasal dari wilayah tenggara Australia dan biasanya tumbuh sebagai tanaman bawah di hutan kayu putih.

Tanaman ini dibuahi silang oleh berbagai spesies pemakan madu dan burung duri, yang mengunjungi nektar di phyllodes dan menyikat bunga, sehingga memindahkan serbuk sari di antara mereka.

akasia mangium
akasia mangium

Secara umum, pohon akasia mangium biasanya mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali jika tumbuh di tempat yang kurang menguntungkan, di mana tingginya akan lebih kecil, berkisar antara 7 hingga 10 meter.

Pohon acacia mangium yang sudah tua biasanya memiliki kayu yang keras, kasar, berpori longitudinal, dan memiliki beragam warna dari coklat gelap hingga terang.

Saat bibit akasia mangium baru berkecambah, biasanya memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun, mirip dengan subfamili Mimosoideae seperti Paraseanthes falcataria, Leucaena sp.

Namun, setelah beberapa minggu tumbuh, akasia mangium tidak lagi menghasilkan daun sesungguhnya. Sebaliknya, tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk akan melebar dan berubah menjadi phyllodae atau phyllocladus, yang dikenal sebagai daun semu.

Phyllocladus ini memiliki penampilan yang mirip dengan daun tumbuhan pada umumnya. Meskipun akasia mangium dapat tumbuh dengan cepat dan tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, tetapi tanaman ini memerlukan perawatan khusus jika ditanam sebagai tanaman kebun karena banyaknya daun yang berguguran.

akasia formis
akasia formis

Akasia formis memiliki nama latin Acacia auriculiformis, yang dikenal sebagai akasia daun lebar, adalah salah satu jenis akasia yang berasal dari Indonesia.

Tanaman ini secara umum tumbuh di wilayah selatan Papua dan menyebar hingga Papua Nugini serta utara Australia. Saat dewasa, tanaman ini dapat mencapai ketinggian antara 15 hingga 30 meter dengan diameter pohon mencapai 50 cm.

Tajuknya berbentuk bulat dan batangnya monopodial, meskipun terkadang juga sympodial. Kulit pohon terlihat pecah-pecah dengan alur yang relatif dangkal.

Tangkai pohon berwarna coklat dan melengkung di kedua sisinya. Bunga tanaman ini berwarna hijau saat masih muda, tetapi berubah menjadi kekuningan saat tanaman sudah tua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *